Di Situ Cangkuang terdapat sebuah candi yang ditemukan tahun 1966 oleh peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita. Pada awalnya terlihat ada batu reruntuhan bangunan candi. Makam tersebut adalah makam Arief Muhammad leluhur penduduk mereka. Walaupun dipastikan candi ini peninggalan dari agama Hindu. Pada abad ke-8 M, satu zaman dengan candi di Batujayadan. Hal yang mengherankan adanya pemakaman orang Islam di samping candi tersebut. Candi Cangkuang adalah candi pertama yang dipugar untuk mengisi kekosongan sejarah antara Pajajaran dan Purnawarman.
Desa Cangkuang dikelilingi empat gunung antara lain Gunung Haruman, Gunung Mandalawangi, Gunung Kaledong, dan Gunung Guntur. Nama dari Candi Cangkuang berasal dari nama desa candi ini. Kata 'Cangkuang' adalah tanaman sejenis pandan yang banyak di sekitar makam, Embah Arief Muhammad. Daun cangkuang dimanfaatkan membuat tudung, tikar, dan pembungkus. Cagar budayanya terletak di tengah danau yang kecil. Sehingga pengunjung harus menyeberang menggunakan rakit. Kampung Pulo dikelilingi oleh danau. Selain candi, terdapat pemukiman adat di Kampung Pulo menjadi bagian dari cagar budaya.
Candi Cangkuang berada di pulau kecil bentuknya memanjang. Pulau kecil tersebut terdapat di tengah danau Selain pulau yang ada candinya, danau ini terdapat dua pulau lain dengan ukuran lebih kecil. Lokasi dari danau Cangkung topografi nya terdapat satu lembah yang subur dikelilingi dengan pegunungan. Gunung Haruman di bagian timur. Gunung Guntur, Gunung Malang, Gunung Mandalawangi, serta Gunung Kaledong.