Apabila anda menapakkan kaki di daerah wisata Kota Tua, belumlah lengkap jika belum meninggalkan jejak di Jembatan Kota Intan. Dari sekian banyak bangunan Belanda di sekitarnya, mungkin jembatan ini seringkali terlupakan. Padahal, keindahan dan keunikannya masih nampak hingga kini.
Pertama kali dibangun pada tahun 1628, jembatan ini mengalami renovasi berkali - kali. Layaknya di negeri Belanda, jembatan yang terbuat dari besi dan kayu ini dapat terbuka dan tertutup kembali. Di bawahnya, mengalir air gelap keruh dari Kali Besar, yang mungkin pada jamannya lebih bersih dari sekarang. Kapal - kapal yang menuju ke dan kembali dari Pelabuhan Sunda Kelapa harus membayar biaya cukai ketika melewati jembatan jungkit. Jembatan ini pun berganti nama beberapa kali, mulai dari Jembatan Inggris karena di dekatnya ada benteng pertahanan Inggris, Jembatan Pusat karena dikelola pemerintah pusat Hindia Belanda, bahkan jembatan pasar ayam karena di sekitarnya dulu banyak yang berjualan ayam. Nama Jembatan Kota Intan sendiri adalah karena di sekitarnya pernah terdapat bangunan Batavia bernama “Diamond”.
Untuk mencapai Jembatan Kota Intan, anda dapat berjalan ke arah Kali Besar. Jembatan ini berwarna merah sehingga terlihat jelas dari jalan. Tidak ada tiket yang dikenakan bagi pengunjung obyek wisata ini. Kemungkinan, Anda harus membayar sekedarnya saja ke penjaga area tersebut apabila ingin masuk ke lingkungan Jembatan Kota Intan. Di malam hari, jembatan ini akan dihiasi lampu - lampu cantik untuk menambah pesonanya. Itulah mengapa Jembatan Kota Intan tidak pernah sepi dari pengunjung, meskipun tidak seramai obyek wisata lainnya di kawasan ini.
.