Menikmati gedung peninggalan pemerintahan Hindia Belanda memang seakan tiada habisnya. Jika anda mencari kemegahan arsitektur dalam bentuk rumah ibadah, Gereja Immanuel tempatnya.
Dibangun berdasarkan rancangan J.H. Horst pada tahun 1834, bangunan ini baru selesai tahun 1839. Lokasi gereja ini berdekatan dengan Stasiun Gambir, tepatnya di seberangnya.
Masuk ke dalam Gereja Immanuel, anda akan mendapati orgel pipa raksasa tua yang dibuat Jonathan Batz pada tahun 1843 guna mengiringi lagu pujian untuk kebaktian. Lengkungan pada pintu utama yang terbuat dari kayu jati solid dan kunci dengan bahan kuningan membuat kesan megah dan tinggi pada tampak luar Gereja Immanuel. Keistimewaan gedung ini juga terlihat dari ruang utama yang memiliki bangku melingkar yang bertujuan agar kegiatan ibadah bisa lebih fokus.
Keindahan sejarah yang tergambar di Gereja Immanuel sangatlah jelas. Anda akan mendapati bentuk bundar konsentrik gereja yang diikuti oleh serambi di bagian utara dan selatan. Kubang di atapnya memiliki menara bundar pendek dengan simbol bunga teratai berdaun enam, yakni simbol Mesir untuk Dewi Cahaya.
Gereja Immanuel masih berfungsi hingga kini untuk melayani kebaktian dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Belanda. Gereja Immanuel sendiri dipakai oleh Gereja Protestan Bagian Barat. Meski begitu, anda masih tetap dapat mengunjunginya untuk menikmati keindahan gereja di era Batavia Lama ini.