Banyak wisatawan berbondong-bondong datang dari luar kota maupun luar negeri hanya untuk menyaksikan objek wisata alam yang indah, apalagi jika objek wisata itu memiliki sejarah dibalik keindahannya, contohnya adalah sungai, biasanya menyimpan sejarah sebagai jalur perjalanan di masa lampau. Sama halnya dengan Sungai Cisadane, yang menyimpan sejarah penting di masanya.
Dahulu, sebelum disebut Cisadane, sungai ini aslinya bernama Sadane. Kata Ci dalam bahasa Sunda artinya sungai. Sedangkan kata Sadane berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti Istana Kerajaan. Sehingga nama Ci Sadane atau Cisadane berarti sungai yang berasal dari istana kerajaan, kemungkinan yang dimaksud adalah Kerajaan Padjajaran. Aliran Cisadane berasal dari anak-anak sungai yang berhulu di lereng Gunung Pangrango dan Gunung Salak di daerah Bogor. Dari lereng gunung, aliran Cisadane memasuki wilayah Bogor (dulu wilayah Kerajaan Padjajaran), melintasi kota Tangerang, lalu bermuara di Tanjung Burung, dan selanjutnya ke Laut Jawa.
Meski kini kapal-kapal pedagang tidak lagi melewati aliran Sungai Cisadane, namun sungai ini masih berfungsi sebagai jalur transportasi air bagi kapal-kapal nelayan maupun speed boad pabrik galangan kapal. Sungai Cisadane pun berfungsi sebagai sumber air PDAM khususnya warga Kota Tangerang. Selain itu sungai dengan panjang sekitar 125 KM dari hulu sampai ke Kota Tangerang ini, juga menjadi tempat diadakannya kegiatan air berupa lomba perahu dayung yang di adakan rutin tiap tahun di Festival Cisadane, selain lomba perahu dan beragam lomba lainnya, Festival Cisadane yang diadakan di sungai yang membelah Kota Tangerang ini pun menjadi tempat untuk para warga khususnya etnik Tionghoa untuk berkumpul dan berpesta bersama.