Berkunjung ke Yogyakarta yang merupakan daerah istimewa yang dipimpin oleh Sultan sekaligus gubernurnya, anda pasti sudah paham betul dengan Keraton Yogyakarta. Namun tahukah anda ada istana kedua di Yogyakarta? Namanya adalah Pura Pakualaman dan menyimpan sejarah yang sangat menarik.
Pura Pakualaman merupakan saksi sejarah dari intervensi pemerintah Belanda terhadap Kesultanan Yogyakarta pada waktu itu. Upaya untuk memecah belah Keraton dilakukan dengan mengangkat wakil Belanda di Keraton yang ditentang oleh Sultan HB II yang masih bertahta. Belanda pun dengan kekuasaannya menurunkan Sultan HB II dan mengangkan Sultan HB III. Ketika Belanda jatuh ke tangan Inggris, Sultan HB II mengambil sikap dengan mengembalikan posisi putera mahkota kepada Sultan HB III. Inggris melakukan penjajahan yang sama dengan meminta Sultan HB II mengakui kekuasaan Inggris di Yogyakarta yang ditolak dan Sultan HB II pun diasingkan ke Ambon. Sultan HB III kembali diangkat dan Pangeran Notokusumo yang masih saudara dengan Sultan HB III dinobatkan sebagai Pangeran Merdiko yang punya gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I. Pihak Inggris pun membuatkan istana dengan nama Pura Pakualaman yang dibangun sendiri oleh KGPA Paku Alam I. Prajurit di Pakualaman digaji oleh Inggris.
Di Pura Pakualaman anda bisa melihat Kereta Kiai Manik Koemolo hadiah dari Raffles, dokumen perjanjian politik antara Inggris dan Belanda, busana KGPA Paku Alam dan Permaisuri, silsilah, dan masih banyak lagi. Inilah saksi bisu sejarah intervensi Inggris dan Belanda terhadap Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pura Pakualaman beralamat di Pakualaman, Yogyakarta. Anda bisa berkunjung ke Istana kedua di Yogyakarta ini setiap hari mulai pukul 8 pagi sampai 5 sore dan tidak akan dipungut biaya.